Sejarah Desa Mengger

peta desa menggerSebuah desa di dalam hutan belantara. Penduduk sekitar hidup secara sederhana menikmati dunia. Seperti desa lainnya yang terletak di sekitar hutan, penduduk desa Mengger masih hidup dalam taraf tradisional. Kepercayaan tentang mitos tentang roh nenek moyang masih diyakini oleh penduduk Mengger. Secara ekonomi penduduk desa Mengger masih hidup dalam kemiskinan. Pendidikan masyarakat desa Mengger masih belum mencapai tarah yang tinggi. Sebagian besar hanya lulusan sekolah desar, lulusan perguruan tinggi masih dapat dihitung jari. Sarana dan prasarana yang ada di desa Mengger masih terbatas. Perlu dilakukan terus menerus untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain, khususnya daerah yang terletak di selatan sungai.Terdapat satu perbedaan yang mencolok antara daerah di selatan sungai dengan di utara sungai. Sungai yang dimaksud disini adalah Sungai Bengawan Solo. Masyarakat di selatan sungai sudah dalam taraf berkembang sedangkan di utara sungai masih dalam kehidupan terbelakang.

Desa Mengger secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Desa ini berjarak kurang lebih 35 km dari ibukota kabupaten dan dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor kurang lebih 1 jam perjalanan. Desa Mengger secara administratif berbatasan dengan:

  1. Bagian Utara berbatasan dengan hutan Desa Karanganyar
  2. Bagian Selatan berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo
  3. Bagian Timur berbatasan dengan Desa Karanganyar
  4. Bagian Barat berbatasan dengan Desa Sriwedari

Desa Mengger terdiri dari dua dusun dan empat dukuh, yaitu Dusun Mengger dan Payak, serta Dukuh Ngasbatok, GugurSari, Payak dan Dukuh Mengger. Desa Mengger terbagi menjadi 9 Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun Tetangga (RT). Secara geografis Desa Mengger terletak di daerah dataran tinggi yaitu dengan ketinggian dari permukaan air laut rata-rata 175 m dpl (Monografi Desa Mengger tahun 2010).

Luas Desa Mengger terbagi atas:

  1. Tanah darat luasnya 200 hectar are (ha), yang terdiri dari 153 ha untuk perumahan dan pekarangan, 43 ha untuk tegal/kebun, dan sisanya untuk SD, kantor desa, masjid dan Puskesmas. Tagalan dimanfaatkan penduduk untuk lahan pertanian seperti jagung, kedelai, pisang dan berbagai jenis sayur.
  2. Sawah luasnya 60 ha, yang terbagi atas sawah tadah hujan 43 ha dan sawah setengah teknis 17 ha. Jenis tanaman yang ditanam di lahan persawahan antara lain padi, jagung dan kedelai.
  3. Tanah hutan luasnya 985 ha. Jenis tanaman semusim yang terdapat di hutan ini adalah jagung dan ketela. Jenis tanaman keras yang ada pada lahan adalah jati, mahoni, akasia, sengon dan gembelina.

Di desa Mengger terdapat beberapa legenda mengenai asal-usul nama desa atau dusun. Berikut ini beberapa legenda asal-usul nama desa maupun dusun di Mengger, yaitu:

Asal usul nama Desa Mengger

Pada jaman dahulu, di suatu hutan tinggallah masyarakat berjumlah 30 kepala keluarga. Mereka bekerja sebagai pencuri yaitu mencuri kambing, kerbau, sapi dsb. Untuk kebutuhan sehari-hari mereka mengkonsumsi hasil curian tadi. Daerah yang diduga tempat tinggal mereka ditemukan banyak sekali tulang belulang binatang. Pemerintah yang saat itu sangat geram dengan tindakan pencurian tadi, berupaya menangkap mereka, akan tetapi selalu gagal. Pencuri yang jelas kelihatan berdiri meger-meger, tidak bisa ditangkap oleh pemerintah. Dari kata meger-meger berubah kata menjadi mengger. Oleh karena itu penduduk sekitar menyebut desa itu Desa Mengger.

Asal usul nama Dusun Payak

Pada saat Patih Grobogan akan menyerang Kadipaten Gendingan mereka melewati Desa Mengger bagian selatan. Dengan jumlah tentara yang banyak mereka akan menghancurkan Kadipaten Gendingan yang tidak tunduk pada Grobogan. Ternyata tentara Kadipaten Gendingan yang dipimpin oleh Patih Ronggolono telah siap untuk menghadapi tentara dari Grobogan. Mereka akhirnya bertempur di suatu daerah, yaitu di utara Bengawan Solo. Para pasukan yang berperang mengiyak-iyak (menginjak-injak) daerah itu tadi dan akhirnya tentara Grobogan tidak mampu mengalahkan pasukan dari Kadipaten Gendingan dan kembali kewilayahnya. Daerah yang dijadikan tempat peperangan tadi oleh warga sekitar disebut Payak (berasal dari kata diiyak iyak).

Asal usul nama Dukuh Ngasbatok

Disuatu daerah ditepian Bengawan Solo terdapat banyak tumbuhan ingas. Di salah satu daerah, daerah bantaran sungai, terdapat banyak sekali pohon ingas. Dari banyak pohon ingas tadi ada pohon ingas yang berada di utara sungai dan selatan sungai yang menempel (gathuk) ditengah sungai. Pada akhirnya penduduk sekitar menyebut daerah itu sebagai Ingasgathuk. Lama kelamaan kata Ingasgathuk menjadi Ngasbatok seperti sekarang ini. Di desa itu juga ditemukan pohon ingas yang menjorok ke tengah sungai, akan tetapi pohon ingas yang dari selatan sudah tidak ada. Penduduk mengatakan bahwa saat terjadi banjir pohon ingas yang berada di selatan sungai terbawa arus, yang tersisa hanya pohon ingas yang ada di utara sungai.

Asal usul nama Dukuh Gugursari

Pada jaman dahulu, wilayah Ngawi termasuk dalam wilayah Kerajaan Mataram Islam. Pada saat Ratu Ngawi akan menghadap (sowan) raja, mereka menggunakan transportasi air yaitu melalu Bengawan Solo. Jalur transportasi air memang saat utama pada jaman itu. Perjalanan Ratu Ngawi sampai di daerah sebelah barat Ngasbatok, terjadilah sebuah peristiwa yaitu perahu yang ditumpangi Ratu menabrak sebuah batu (watu gelap) yang mengakibatkan ratu meninggal (gugur) dan dikubrkan di sana. Pada akhirnya tempat itu dinamakan Gugursari. Di sana ditemukan makan ditepi bengawan solo dan batu (watu gelap) masih berdiri kokoh sampai sekarang.

Tinggalkan komentar